cara mencapai ma'rifat

Ibarat istri,
Syari’at itu pakainnya,
Ma’rifat tubuhnya.

Bagaimana caranya kita bisa Ma’rifat tapi tanpa meninggalkan syari’at?
Ibarat buah, syari’at adalah kulit pembungkus ( sesuatu yang tanpa dari luar berupa perbuatan-perbuatan fisik ) ! sedangkan Ma’rifat adalah inti terdalam dari buah itu.
Untuk dapat mengetahui isinya, kita perlu mengupas buah itu. Ketika buah terkupas, inilah bahayanya : Orang yang terbiasa melihat buah itu hanya dari kulitnya berteriak; “ itu bukan buah, itu tidak seperti yang kulihat sehari-hari. Kamu menipu saya!” Maka terjadilah pertentangan.
Jadi supaya tidak ribut, jangan sekali-kali mengupas buah di depan umum. Mungkin lebih baik kita mengupasnya ketika sendirian atau hanya bersama-sama orang yang bersamaan tujuan dan siap mental melihat buah yang terkupas.
( maaf agak porno ) Ibarat seorang istri, syari’at adalah pakainnya, dan ma’rifat itu tubuhnya. Jangan sekali-kali membiarkan istri di luar kamar pribadi tanpa pakain, meskipun tak ada salahnya di ruang tertutup anda melihat istri anda tanpa pakaian. Jangan pula ceritakan apa yang anda lakukan dengan istri anda di dalam kamar kepada sembarang orang.
Syari’at ibarat sholat! Kita diharuskan menghadap ka’bah! Sedangkan ma’rifat adalah sholat di dalam ka’bah. Di dalam ka’bah orang bebas menghadap kemanapun yang ia suka, tetapi jangan mencoba menghadap sembangan ketika di dalam ka’bah.
Tarikat dalam tasauf merupakan langkah nyata menuju Ma’rifat. Tarikat adalah perbuatan nyata mengupas buah agar kita dapat bisa melihat isi buah itu, langkah nyata dalam melepas jilbab istri anda agar dapat melihat istri anda dengan nyata! Namun perbuatan itu harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Ketika tabir mulai terbuka, orang melihat sesuatu yang lain dari yang ia lihat sehari-hari! Dan reaksinya dapat saja tak terkendali. Karena itulah, dalam tarikat orang perlu diawasi oleh seorang pembimbing.
Kalau ada orang yang “ INGIN TAU “ hanya dengan cara “ MENGINTIP “, maka ia tidak memperoleh gambaran yang sebenarnya. Saya melihat bahwa beberapa orang hanya sekedar pengintip, dan dari yang dilihatnya dianggapnya menyimpang dari syari’at itu, lalu berteriak-teriak “ kamu murtad, sok wali, sesat…….dst”.
Orang yang kebetulan melihat orang lain sholat di dalam ka’bah dengan menghadap sekenanya, perlu menyadari bahwa di dalam ka’bah memang orang tidak lagi terikat harus menghadap kemana. Sebaliknya, orang yang telah merasakan sholat di dalam ka’bah, ketika berada di luar ka’bah harus kembali berorientasi kepada ka’bah.
[ kalimat kiasan ini mengandung makna yang dalam dan tidak mudah dijelaskan] Mungkin itulah yang dimaksud dengan ma’rifat tanpa meninggalkan syari’at. Kalau ini petunjuk yang kongkrit, datanglah pada seorang guru Tasauf. Penjelasan dan bimbingan akan diberikan sesuai dengan keadaan anda masing-masing.
Kemampuan untuk dapat memahami aspek esoteric agama hanya mungkin bila seseorang diberi hikmah oleh Allah dan hikmah ini dapat diupayakan melalui Tarikat, tanpa mengesampingkan fakta bahwa beberapa orang yang tidak menjalani Tarikat dan dapat diberi hikmah ( Q.S 2 : 269 ).
Dalam Tasauf Perjalanan Spiritual, seseorang untuk mencapai Ma’rifat dapat dibagi menjadi empat tingkat. Mulai dari Syari’at,Tarikat, Hakikat, lalu Ma’rifat.
Dalam tataran Syari’at, orang diharuskan menjalankan segala hokum dan ritual melalui perbuatan dengan patuh tanpa harus memahami maknanya. Perintah ( kewajiban ) dan larangan diterapkan dengan keras. Ini merupakn taraf awal pendisiplinan diri.
Dalam Tarikat, dilakukan transportasi spiritual di mana orang harus bisa memusatkan diri pada pembersihan hati dan pembebasan diri dari pengaruh hawa napsu melalui disiplin yang keras di bawah pengawasan seorang guru. Latihan meditasi ( dzikir ) merupakan kegiatan sehari-hari untuk menajamkan indra ke – 6.
Dalam hakikat, akibat ketajaman Spiritual sudah terasah, orang mampu memahami makna Syari’at. Terjadi tranportasi kesadaran dan UNLEARNING “ ( pembatalan atau penghapusan beberapa hal yang merupakan hasil belajar atau persangkaan-persangkaan sebelumnya).